Selasa, 24 Maret 2015

MERAJUT MIMPI DARI NEGERI GINGSENG



MERAJUT MIMPI DARI NEGERI GINGSENG
Oleh : Yuni Astuti

Seperti biasa jam – jam segini, pukul 20.00 WIB, aku tunggu telpon dari temanku yang sedang bekerja di Korea. Kedekatan kami sudah seperti saudara. Aku mengenalnya lewat teman yang ada di Indonesia.  Iya..Santi menceritakan tentang aku pada sahabatnya Ria yang sedang bekerja di Korea. Dari situ Ria meminta pertemanan denganku lewat media sosial, jadilah kita berteman, bersahabat dan akhirnya bersaudara. Kami belum pernah bertemu secara langsung tapi hati kami ternyata lebih dulu berjabat walau dipisahkan oleh lautan yang luas. Aku di Indonesia dan Ria di Korea. Dengan seringnya kita komunikasi berasa seperti adik dan  kakak.

Tit ...tut...tit..tut, tuh kan, telepon dengan kode negara +82...dari Ria. “Assalamu’alaikum Bun..”seperti itu kebiasaan Ria membuka pembicaraan. “Apa kabar Ria?” seperti yang Bunda dengar, kalau suaraku ceria berarti aku lagi bahagia kan..?” Lagi musim apa disana?” Disini masih salju Bunda.  Sambil mendengarkan suara Ria yang bercerita tentang musim di sana. Aku bayangkan betapa bahagianya bermain salju dengan teman – teman yang berbeda negara.

Tapi ...siapa tahu, sebesar apa perjuangan Ria di Korea untuk bekerja dengan jam kerja yang panjang dan jauh dari keluarga . Aku belajar banyak dari semangatnya yang luar biasa. Ria bekerja di Korea untuk mewujudkan mimpinya melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran, sekembalinya dari Korea. Karena untuk kuliah jurusan kedokteran butuh biaya yang tidak sedikit, itulah yang membuat Ria rela jauh dari sanak keluarganya.

Malam makin larut...bayangan tentang Ria di Negeri Gingseng masih menari – nari di pelupuk mata.“Selamat beristirahat ...susun tenaga dan semangat untuk meraih mimpimu Ria” pesan lewat whatsapp kukirim untuknya. Akupun mulai merebahan tubuhku dengan menetralkan pikiran dan semua aktivitas. Doa sebelum tidur menemani malamku.

Bunda....., terdengar suara Santi memanggilku . Santi dan Ria adalah sahabat dari kecil di pesantren dan mereka mengenalku kira – kira setahun yang lalu. Santi adalah anak pemilik toko herbal yang tak jauh dari rumahku. Karena aku salah satu pelanggan di toko Abinya, selain Santi aku juga mengenal keluarganya. Gadis yang periang ini sering menyapaku saat aku mampir ke toko, terpaut umur yang lumayan banyak denganku tidak menghalanginya untuk berteman. Kamipun dekat dan sudah seperti saudara dengan keluarga Santi.

“Mau kemana Santi?” tanyaku saat melihat santi sudah berada diatas motor. “Mau ke pasar bun “. Eh..iya Bunda, apa semalem Ria telpon?” katanya dia mau pulang ya bun..?” . Gadis manis yang didepanku ini memang terkenal ramah dan supel. “Bunda belum tahu tentang kabar itu,  semalam Ria tidak cerita”. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan Santi dariku. Itu sekilas kutangkap dari caranya bertanya dan memandangku. Ok..Bunda aku ke pasar dulu ya..Assalamu’alaikum” . “Walaikumussalam”.

Seperti biasanya aktivitas pagiku setelah bersih- bersih rumah dan menyiapkan sarapan. Suami dan anak – anak pergi menjalankan aktivitas masing – masing. Dan akupun mulai membuka laptop untuk melanjutkan tulisan yang akan kukirim ke majalah. Ada satu pesan email masuk, ternyata dari Ria. Tak biasanya Ria mengirim pesan lewat email, “ah...mungkin Ria lagi pengen nulis, kataku dalam hati.

GARNIER, MEMANG MENGERTI AKU



Garnier, jadi inget pengalamanku pertama pakai garnier. Biasa acara senam pagi di kantor yang bikin wajah lengket keringat, nah ada yang kelupaan nih gak bawa sabun wajah. Karena aku butuh , aku cari ke mini market terdekat nah ketemu nih ama.garnier.



Siapapun wanita pasti pengen tampil cantik dan selalu kelihatan segar. Nah...setelah kenal ama garnier gak bete lagi deh. Kemanapun garnier ada di tas tenteng. Bentuknya yang simpel dan elegan jadi mudah dibawa kemana mana. Sehabis ngantor lanjut ada acara kumpul ama temen ya udah tersedia garnier tinggal basuh wajah seger deh
O..ya , aroma garnier itu wow banget...harumnya bikin percaya diri. Apapun aktivitasnya garnierlah temannya.
 

Rabu, 04 Maret 2015

PUISIKU



KAMPUNG BATIK
Oleh : Yuni Astuti,

Solo adalah kota batik
Dua kampung yang terkenal di kotaku
Kauman Kampung Batik dan
Laweyan Kampung Batik
Sebuat tempat yang sarat akan bangunan tua
Dengan gang – gang sempit
Dengan penduduk pribumi
Wajah kota yang semakin semarak dengan
Kampung batiknya
Mengundang banyak wisatawan dalam dan luar negeri
Untuk singgah di kotaku
Solo semakin terkenal dengan kampung batiknya
Banyak pengusaha dan pedagang batik
Menyajikan beragam batik dengan berbagai keindahannya
Kampung batik semakin mempunyai daya tarik
Solo kamung batik

Selasa, 03 Maret 2015

SUKSES ITU HARUS DIPERJUANGKAN



MEMBUATMU BAHAGIA
Oleh : Yuni Astuti

Bu...anaknya Bu Amat pada liburan ke Solo, lihat itu halaman rumah Bu Amat penuh dengan mobil berderet. Anak yang pertama jadi dosen di ITB , anak yang ke dua jadi dokter, anak ketiga sukses merintis usahanya di Jakarta punya toko di ITC Mangga Dua.

Pagi yang cerah ...saat ku mulai aktifitas dengan menyapu halaman ...tiba – tiba Bu Ety tetanggaku menghampiri dan menceritakan tentang putra Ibu Amat yang pada kumpul liburan di Solo. Mendengar cerita Ibu Ety aku turut bahagia , apalagi Ibu Amat , tentunya sangat bangga dengan putra  putrinya yang sudah berhasil . Sukses putra dan putri Ibu Amat adalah kesuksesan dan keberhasilan Ibu Amat yang sudah mendidik dan membesarkan putra putrinya .

Setiap orang pasti berbeda dalam  mengukur sebuah kesuksesan. Begitu juga denganku, sukses dalam hidupku adalah apabila aku mampu membuatmu bahagia. Aku ingin  menjadi orang yang bisa menjadikan orang lain bahagia . Itu kesuksesanku.

Seperti liburan akhir tahun 2014 yang kuhabiskan di Kota Yogyakarta bersama adik , keponakan dan anak – anak. Melihat canda riang keponakan , dan senyum bahagia anak – anak karena ibunya bisa ambil cuti untuk menemani liburan akhir tahun. Sesuatu yang sulit kuungkapkan , bahagia yah..bahagia melihat mereka bahagia.

Mengenyampingkan aktivitas rutin, meluangkan waktu buat mereka bukan suatu yang mudah, karena aku seorang ibu yang bekerja dan terikat oleh peraturan perusahaan. Disini aku dituntut untuk dapat mengatur semuanya agar aku tidak mengecewakan anak – anak. Dan disaat aku bisa melewati dengan baik semua kegiatan ini dan membuatmu bahagia itu kesuksesan yang aku rasa.

Sukses itu bukan suatu yang tertunda tapi suatu yang bisa kurasakan dan kunikmati dan aku bahagia dengan itu. Jadi sukses itu harus diperjuangkan .

Minggu, 01 Maret 2015

JENANG AYU



JENANG AYU
Oleh : Yuni Astuti

Kota Solo identik dengan kota kuliner, banyak ragam masakan jawa tersaji. Cita rasa kuliner yang mempunyai ciri khas Solo tersebar di penjuru kota ini. Dari sajian yang di kemas dalam konsep resto yang mewah sampai dengan konsep lesehan yang berjejer di kaki lima.
Solo kota yang tak pernah tidur, itu juga menjadi brand. Tidak pernah tidur, karena mulai dari pagi sampai pagi lagi ada saja sajian yang di tawarkan.

Ngomongin Solo memang  gak ada habisnya. Bener – bener ngangeni.  Semakin cantik saja kotaku ini. Seperti  salah satu even yang baru saja terselenggara dalam rangka hari jadi kota Solo yaitu “Festifal Jenang Ayu”. Nah...ternyata yang ayu tidak cuma orangnya , jenang aja ikut ayu.


Bagi warga solo jenang ayu sudah tidak asing lagi. Untuk yang di luar Solo, mungkin bertanya, “ apa sih Jenang Ayu itu?” baiklah untuk menjawab penasaran bagi yang belum tahu, akan coba ku uraikan disini. Jenang dalam bahasa Indonesia adalah bubur,kenapa ayu?” karena bubur ini di buat beraneka rasa dan beraneka warna. Kalau disajikan dalam satu piring tentunya akan menarik dan menggugah selera. Makanya disebut Jenang Ayu. Selain rasa yang nyuuss juga cantik di pandang mata dengan perpaduan warna putih untuk jenang sumsum, Merah untuk mutiara, Hitam untuk ketan hitam, Coklat untuk jenang grendul dan akan ditambah dengan saus gula jawa dan santan. Cantik bukan?’ Inilah yang dinamakan jenang ayu khas Solo.

Untuk mendapatkan jenang ayu ini tidaklah sulit, salah satu tempat yang sudah memasang label Jenang Ayu bisa kita dapatkan di depan Stasiun Balapan. Kalau di daerah Solo Timur ada di belakang Kampus UNS. Yang di Solo Tengah dan Selatan ada di sekitar Stadion Sriwedari. Makanan yang bisa dinikmati untuk segala usia. Tunggu apalagi, bagi penikmat kuliner khas Solo Jenang Ayu bisa menjadi alternatif pilihan. Oh...ya, untuk harga tidak perlu kawatir, satu porsinya rata – rata Rp. 3000,- . Mau Jenang Ayu komplet alias lenjongan atau satu macam , dua macam  saja, bisa dipilih sesuai selera . Selamat mencoba dan menikmati .
Solo, 25 Pebruari 2015